foto milik: @inimahbandung |
Tebing yang berlokasi di Kampung Cihargem Puncak, Desa Ciburial, Bandung Jawa Barat ini masih berada dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda. Dari pintu gerbang Tahura Ir. H. Juanda, pengunjung hanya perlu mengikuti jalan lurus sepanjang kurang lebih 500 meter, hingga menemukan papan penanda jalan menuju Tebing Keraton. Papan tersebut menunjuk ke arah kanan jalan. Setelah belokan, Anda akan melewati deretan rumah mewah. Perlu menempuh jarak kurang lebih 8 km lagi untuk tiba di tebing.
foto milik: @inimahbandung |
Lokasi Tebing Keraton sudah dekat jika Anda telah melewati Warung Bandrek yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya komunitas pengendara sepeda gunung. Kurang lebih 2 km dari Warung Bandrek, pengunjung akan tiba di pintu masuk Tebing Keraton. Jika Anda membawa kendaraan pribadi, pengunjung perlu membayar biaya parkir sebesar Rp 10.000 untuk mobil dan Rp 5.000 untuk motor.
Di pintu masuk, pengunjung dapat melihat baliho yang mencantumkan harga tiket masuk Rp 11.000 bagi wisatawan nusantara dan Rp 76.000 bagi wisatawan mancanegara. Harga tiket tersebut ditetapkan menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat no 26 Tahun 2013.
Patahan Lembang
Beberapa wisatawan tampak tersenyum di ujung tebing sambil ber-selfie ria dengan tongkat narsis (tongsis) mereka. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di atas batu sambil memandangi terjalnya Tebing Keraton. Cukup membuat jantung deg-degan melihat ramainya pengunjung yang berdiri di ujung tebing dengan pengamanan yang minim. Maklum, ujung tebing tersebut hanya dibatasi dengan tali tambang dan pagar bambu seadanya.
foto milik: @inimahbandung |
"Tebing ini masuk kawasan Tahura Ir. H. Juanda. Dalam sejarah dikatakan bahwa tebing ini biasa disebut sebagai Patahan Lembang, warga setempat biasa menyebut tebing ini sebagai Cadas Gedogan," tutur salah satu anggota Jagawana, Mansyur.
foto: http://ridwanderful.wordpress.com |
Minim Informasi
Mansyur menjelaskan bahwa tebing keraton ini mulai ramai dari pukul 5 pagi, kebanyakan pengunjung ingin menyaksikan matahari terbenam dari tepi tebing. Sore hari dari pukul 16.00 hingga pukul 17.00 juga menjadi waktu yang pas untuk pengunjung menikmati lembayung senja. Waktu kunjungan ke Tebing Keraton dibatasi hanya sampai pukul 18.00 karena minimnya penerangan di sekitar tehing.
foto: www.traxonsky.com |
Semenjak ditetapkan menjadi kawasan konservasi, ada beberapa manfaat yang dirasakan oleh warga sekitar. Menurut Mansyur, warga sekitar jadi memiliki usaha sendiri dengan membuka warung yang menjual makanan dan minuman. Kebersihan kawasan juga semakin dijaga mengingat tebing ini memiliki potensi pariwisatanyang cukup besar.
Mansyur juga menuturkan, sebagai kawasan wisata yang cukup baru, Tebing Keraton perlu melakukan beberapa pembenahan. Infrastruktur jalanan yang rusak perlu menjadi perhatian pemerintah dan warga sekitar. Kemudian, Mansyur juga mengungkapkan bahwa beberapa pengelola masih minim informasi dan pengetahuan terhadap Tebing Keraton ini.
"Beberapa pengelola masih belum bisa menjawab jika ada pengunjung yang menanyakan sejarah terbentuknya tebing ini. Informasi mengenai tebing ini memang masih minim. Saya sendiri juga sedang mendalami sambil tetap menelusuri kawasan sekitar tebing untuk mencari informasi yang kira-kira dibutuhkan oleh pengunjung," tutur Mansyur.
Penulis | : Dhanang David Aritonang |
Editor | : Ni Luh Made Pertiwi F |
Sumber : Kompas.com |
0 Response to "Mengenal Tebing Keraton, Si Bukit Selfi Dari Bandung"
Post a Comment