"Manusia cuma bisa menjejak puncak, tapi tak pernah bisa menaklukan gunung." (Gasten Rebuffat- The Great Alpinist/ ahli mountaineering, 1921-1985, Prancis)
Tulisan ini tertera pada sebuah papan yang ditempel di sebuah pohon di jalur pendakian Gunung Salak, Jawa Barat. Kalimat ini seolah mengingatkan para pendaki untuk tidak berlaku pongah dan sombong karena telah menjejakkan kaki di puncak gunung.
Alam tak pernah takluk meski jutaan manusia telah menjamahnya. Sebaliknya, manusia yang seharusnya bersyukur karena telah diberi penghidupan oleh alam, dan diberi kesempatan menikmati ciptaan Ilahi.
Bukan tanpa alasan papan tersebut dipasang di jalur pendakian Gunung Salak. Berbagai peristiwa yang terjadi di gunung yang memiliki tiga puncak ini menjadi pembuktian bahwa alam tak pernah dapat sepenuhnya ditaklukkan manusia.
Daftar panjang pendaki yang hilang, dan pesawat jatuh merupakan beberapa isyarat untuk tidak pernah meremehkan alam. Belum lagi legenda yang berkaitan dengan Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja, raja terakhir Kerajaaan Padjadjaran.
Sebagian masyarakat Tatar Sunda meyakini Prabu Siliwangi beserta Kerajaan Padjadjaran
dan prajuritnya menghilang secara misterius di Gunung Salak setelah terdesak pengaruh Islam yang disebarkan anaknya sendiri, Kian Santang.
Terlepas berbagai peristiwa yang hingga kini masih misterius itu, Gunung Salak yang terletak di perbatasan Sukabumi dan Bogor ini masih memiliki pesona dengan banyaknya air terjun alami yang seolah mengelilingi gunung ini.
Terdapat Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Curug Nangka, Curug Luhur, dan lainnya. Selain itu sebagai gunung api strato tipe A, Gunung Salak memiliki sebuah kawah dengan luas yang cukup besar bernama Kawah Ratu. Deru suara uap, asap yang terus mengepul, bau belerang yang menyengat, dan pepohonan yang mengering menandakan kawah yang berada di pinggang Gunung Salak ini masih aktif.
Untuk menegaskan hal itu, beberapa papan dipasang oleh petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sebagai peringatan kepada pengunjung akan bahaya menghirup gas yang dikeluarkan karena dapat menyebabkan kematian.
Meski demikian, puluhan hingga ratusan orang setiap harinya mengunjungi kawah yang berada di ketinggian 1.437 mdpl ini. Sekadar untuk menikmati keindahan pemandangan dan aktifitas geologi di Kawah Ratu, atau melintasi kawah ini saat mendaki ke Puncak Salak.
Bahkan, pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan, beberapa pengunjung ada yang nekat mendirikan tenda dengan jarak sekitar 100 meter dari area kawah.
Untuk sampai area Kawah Ratu yang masih berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, pengunjung dapat beristirahat dengan mendirikan tenda atau menyewa penginapan di Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebelum memulai pendakian melalui Gerbang Gunung Bunder atau naik melalui gerbang di Desa Pasir Reungit.
Papan peringatan di kawah mati II (Dok. Yani) |
Sementara jika melalui Sukabumi, jalur pendakian dapat dimulai dari Bumi Perkemahan Cangkuang, Cidahu dengan jarak sekitar 4,5 km.
Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut (m.dpl) lebih rendah dibanding tetangganya Gunung Gede (2.958 m.dpl) atau Gunung Pangrango (3.019 m.dpl), namun Gunung Salak dikenal sebagai gunung yang memiliki karakter jalur lebih terjal dengan pepohonan yang rapat.
Hutan lebat yang menutupi tubuh gunung membuat kontur tidak mudah terlihat. Jalur yang terjal dengan dipenuhi bebatuan membuat jalur menuju Kawah Ratu sulit dilalui terutama jika hujan turun. Medan yang cukup sulit ini justru membuat Gunung Salak kerap menjadi lokasi pelatihan dan pendidikan kelompok-kelompok pecinta alam.
Semua kesulitan dan cerita mengenai gunung yang namanya berasal dari kata Salaka atau perak dalam bahasa Sanskerta ini tak terasa begitu menapaki jalur pendakian.
Melalui gerbang Pasir Reungit, sepanjang jalur pendakian, pengunjung akan disuguhi hijaunya pepohonan, beningnya Sungai Cikuluwung dan suara kawanan burung penghuni Gunung Salak.
Setelah perjalanan sekitar satu jam lebih, aroma belereng mulai tercium. Bau belereng yang semakin menyengat menandakan pengunjung harus mulai menggunakan masker karena akan tiba di Kawah Mati I dan Kawah Mati II, sebelum akhirnya tiba di Kawah Ratu sekitar setengah jam kemudian.
Kawah Ratu (Dok. Yani) |
Dari Kawah Ratu, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju Puncak Salak I dengan waktu tempuh sekitar 3 jam, dan kembali ke Gunung Bunder atau ke Cidahu, Sukabumi.
Apapun pilihannya, pendaki harus selalu mengingat perjalanannya bukan untuk menaklukkan alam, tetapi menikmati dan mensyukuri karunia-Nya.
0 Response to "Pesona Gunung Salak yang Misterius"
Post a Comment