Goa Buniayu. dok: Priyombodo
|
SUKABUMI punya potensi wisata luar biasa. Betapa tidak, Sukabumi menawarkan pesona alam menawan mulai dari gunung, rimba, laut, pantai, dan sungai, yang oleh orang setempat disingkat ”gurilaps”. Lokasinya yang relatif dekat dari Jakarta menjadikan daerah ini pilihan alternatif wisata warga Ibu Kota.
Keelokan alam Sukabumi seperti melegitimasi guyonan yang kerap terdengar selama ini: ”Tuhan menciptakan alam Priangan dalam keadaan tersenyum....” Daerah yang bertetangga dengan Kabupaten Bogor ini layak disebut surganya para pelancong. Lokasi populer, misalnya Pantai Pelabuhan Ratu, Sungai Citarik, Sungai Citatih, Kawah Ratu, Taman Rekreasi Selabintana, dan Taman Nasional Gede-Pangrango. Namun, masih banyak lokasi lain bisa menjadi alternatif.
Sebut misalnya Goa Buniayu yang terletak sekitar 26 kilometer selatan pusat Kota Sukabumi di Kecamatan Nyalindung. Selain itu, juga ada kawasan Ciletuh, yang tengah diusulkan menjadi geopark.
Menjajal Buniayu ternyata tidak mengecewakan. Rindangnya pohon pinus dan mahoni mengusir udara panas di kawasan karst yang dikelola Perhutani itu. Berisiknya rombongan monyet seperti menyambut rombongan manusia yang hendak masuk ke mulut goa.
dok: www.backpackerindonesia.com |
”Ini goa minat umum, tidak perlu peralatan khusus untuk menyusurinya, hanya lampu sama helm saja, panjangnya hanya sekitar 300 meter,” katanya.
”Kalau yang goa minat khusus, pintunya vertikal, harus turun ke dasar goa dengan SRT (single rope technique) sebelum penelusuran,” tambahnya lagi.
Perlahan, pengunjung berjalan menyusuri lorong goa. Alex pun mulai menjelaskan soal kisah Goa Buniayu. Dulunya, sebagian menyebutnya sebagai Goa Siluman. ”Goa ini pernah dipakai shooting film ’Si Buta dari Goa Hantu’,” ujarnya.
Setelah Perum Perhutani mengelola kawasan karst ini, nama goa itu menjadi Goa Buniayu sejak 1991. Buniayu artinya kecantikan yang tersembunyi. Hutan di kawasan karst itu dipenuhi pohon pinus, mahoni, dan kaliandra.
Goa ini pertama kali disusuri pada 1982 oleh ahli goa Indonesia, Dr RKT Kho, bersama penelusur dari Federasi Speleologi Perancis, George Robert, Arnoult Seveau dan Michel Chassier. Penelusuran sekaligus pemetaan pada tahun-tahun berikutnya kian mengungkap jaringan goa ini. ”Jaringan goa ini memiliki lebih dari 60 pintu. Yang kita masuki ini salah satunya,” ujar Alex.
Sambil menikmati keindahan stalaktit dan stalagmit, wisatawan bisa belajar banyak mengenai ekosistem goa dari pemandu. ”Ada tiga zona goa, zona terang, senja, dan zona gelap abadi, masing-masing dihuni biota yang berbeda,” kata Alex.
Perjalanan ke perut bumi itu dari mulut goa yang masuk zona terang, di mana biota dan situasinya mirip dengan kehidupan di luar goa. Mulut goa setinggi rumah, dipenuhi ornamen yang indah.
Ornamen goa bentuknya beragam, ada yang berbentuk air terjun, menara, dan gundukan gunung kecil. Pembentukannya lewat proses alam ribuan tahun.
Berikutnya adalah zona senja, di mana cahaya lebih gelap dengan biota yang berbeda. Sejenis serangga dengan antena panjang terlihat selain kepak kelelawar. Zona terakhir, yakni zona gelap, tempat kegelapan abadi bersemayam. Biota yang hidup di zona ini semua buta.
Alex meminta cahaya lampu dimatikan. ”Pet!” Gelap gulita tak terlihat apa pun. Bahkan, telunjuk tangan tepat di depan hidung pun tak terlihat.
Panduan pelancong
Ada sejumlah operator yang menyediakan paket wisata di Buniayu. Salah satu operator itu adalah Wawan, warga setempat yang menyediakan paket wisata mulai Rp 275.000 per orang. Peserta paket ini mendapatkan makan tiga kali, sarana transportasi dari Sukabumi, penginapan di saung, dan pinjaman sepatu bot, helm, serta lampu.
Kawasan wisata yang masih relatif tersembunyi adalah Ciletuh, sebuah kawasan yang tengah diusulkan menjadi geopark atau taman bumi. Kawasan ini di antaranya terletak di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Masih sangat sedikit informasi resmi mengenai Ciletuh. Bahkan, di situs resmi Kabupaten Sukabumi pun tidak ditampilkan tentang Ciletuh.
dok: ciletuhgeopark.blogspot.com |
Disebutkan, kawasan Ciletuh menyingkap kelompok batuan berumur paling tua di Pulau Jawa, menjadikan geologi daerah ini unik. Jenis batuan yang berumur pra-tersier atau zaman kapur, sekitar 55-65 juta tahun lalu. Tempat wisata lain misalnya Pantai Cimaja, Pantai Ujung Genteng, dan Situ Gunung.
Berbagai kawasan wisata ”gurilaps” itu dapat dikunjungi setiap saat. Dari Jakarta ke Sukabumi kemudian menuju lokasi wisata bisa menggunakan angkutan umum atau pribadi.
Dengan angkutan umum, ada bus jurusan Lebak Bulus-Sukabumi. Jalur utama menuju Sukabumi, paling ramai melalui Ciawi. Rute ini sangat macet! Sebaiknya menggunakan angkutan bebas macet, yakni kereta api dari Bogor. Jadwal keberangkatan kereta Bogor ke Sukabumi tiga kali sehari, yakni pukul 07.55, 13.25, dan 18.30.
Selamat bertualang!
0 Response to "Wisata "Gurilaps" Sukabumi nan Menawan"
Post a Comment