TRACKING bersama keluarga dapat menjadi alternatif wisata pilihan di akhir pekan. Tambah berkesan jika dilakukan bersama keluarga.
Sejumlah penelitian menyebut, berjalan kaki sekurangnya 5.000 langkah sehari dapat membantu meningkatkan vitalitas tubuh. Menariknya, aktivitas jalan kaki sangat menyenangkan jika dilakukan di kawasan hutan kota maupun tempat wisata yang representatif.
Salah satu tempat favorit masyarakat untuk melakukan aktivitas tracking ini yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda di Dago Pakar, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung. Sejumlah wisatawan asing yang datang ke Bandung pun banyak melakukan tracking di kawasan ini.
Tahura Ir H Djuanda berada pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1.330 mdpl. Ini merupakan kawasan konservasi terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar Kota Bandung, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, hingga Maribaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Daya tarik Tahura Ir H Djuanda, kawasan ini tidak hanya ada jalur tracking yang cukup mudah dilalui. Di atas tanahnya yang subur juga terdapat sekitar 2.500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species.
Bahkan pekan ada peristiwa langka. Diperkirakan anggrek akar (Thaenophylum), sejenis anggrek berukuran 5mm yang merupakan anggrek paling kecil di dunia, bunganya akan mekar.
Tidak heran, saat melakukan tracking di tempat ini tak ubahnya berjalan di bawah sejuknya kanopi alam. Sesekali masih kita masih bisa melihat burung-burung liar dan beberapa kelompok owa Jawa (Hylobates moloch) berkeliaran mencari makanan.
Bagi penggemar sejarah, di kawasan THR Ir H Djuanda terdapat Goa Belanda yang dibangun untuk mengalirkan air dari Sungai Cikapundung ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Dago Bengkok. PLTA Dago Bengkok sendiri merupakan PLTA pertama di Indonesia yang dibangun pada 1918.
Ada pula Goa Jepang yang di masa pendudukan Jepang difungsikan sebagai tempat pertahanan militer. Lorong-lorong Goa Jepang lebih kecil dibanding Goa Belanda.
Selain itu ada pula Museum THR Ir H Djuanda. Museum kecil ini menyimpan sejumlah artefak berupa pecahan ujung panah, tombak, serta alat-alat berupa bejana dipakai manusia purba yang diperkirakan pernah menghuni kawasan Dago Pakar.
Jika masih ada energi yang ingin disalurkan, tracking masih bisa dilanjutkan ke Curug Dago atau tembus ke Maribaya. Mereka yang baru pertama kali melakukan jelajah di tempat ini tentu dapat meminta petugas untuk mendampingi. Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. [rni]
sumber
Tracking
bersama keluarga dapat menjadi alternatif wisata pilihan di akhir
pekan. Tambah berkesan jika dilakukan bersama keluarga.
Sejumlah penelitian menyebut, berjalan kaki sekurangnya 5.000 langkah sehari dapat membantu meningkatkan vitalitas tubuh. Menariknya, aktivitas jalan kaki sangat menyenangkan jika dilakukan di kawasan hutan kota maupun tempat wisata yang representatif.
Salah satu tempat favorit masyarakat untuk melakukan aktivitas tracking ini yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda di Dago Pakar, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung. Sejumlah wisatawan asing yang datang ke Bandung pun banyak melakukan tracking di kawasan ini.
Tahura Ir H Djuanda berada pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1.330 mdpl. Ini merupakan kawasan konservasi terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar Kota Bandung, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, hingga Maribaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Daya tarik Tahura Ir H Djuanda, kawasan ini tidak hanya ada jalur tracking yang cukup mudah dilalui. Di atas tanahnya yang subur juga terdapat sekitar 2.500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species.
Bahkan pekan ada peristiwa langka. Diperkirakan anggrek akar (Thaenophylum), sejenis anggrek berukuran 5mm yang merupakan anggrek paling kecil di dunia, bunganya akan mekar.
Tidak heran, saat melakukan tracking di tempat ini tak ubahnya berjalan di bawah sejuknya kanopi alam. Sesekali masih kita masih bisa melihat burung-burung liar dan beberapa kelompok owa Jawa (Hylobates moloch) berkeliaran mencari makanan.
Bagi penggemar sejarah, di kawasan THR Ir H Djuanda terdapat Goa Belanda yang dibangun untuk mengalirkan air dari Sungai Cikapundung ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Dago Bengkok. PLTA Dago Bengkok sendiri merupakan PLTA pertama di Indonesia yang dibangun pada 1918.
Ada pula Goa Jepang yang di masa pendudukan Jepang difungsikan sebagai tempat pertahanan militer. Lorong-lorong Goa Jepang lebih kecil dibanding Goa Belanda.
Selain itu ada pula Museum THR Ir H Djuanda. Museum kecil ini menyimpan sejumlah artefak berupa pecahan ujung panah, tombak, serta alat-alat berupa bejana dipakai manusia purba yang diperkirakan pernah menghuni kawasan Dago Pakar.
Jika masih ada energi yang ingin disalurkan, tracking masih bisa dilanjutkan ke Curug Dago atau tembus ke Maribaya. Mereka yang baru pertama kali melakukan jelajah di tempat ini tentu dapat meminta petugas untuk mendampingi. Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. [rni] - See more at: http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=news&act=showdetail&id=2073#sthash.P2L2T0gB.dpuf
Sejumlah penelitian menyebut, berjalan kaki sekurangnya 5.000 langkah sehari dapat membantu meningkatkan vitalitas tubuh. Menariknya, aktivitas jalan kaki sangat menyenangkan jika dilakukan di kawasan hutan kota maupun tempat wisata yang representatif.
Salah satu tempat favorit masyarakat untuk melakukan aktivitas tracking ini yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda di Dago Pakar, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung. Sejumlah wisatawan asing yang datang ke Bandung pun banyak melakukan tracking di kawasan ini.
Tahura Ir H Djuanda berada pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1.330 mdpl. Ini merupakan kawasan konservasi terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar Kota Bandung, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, hingga Maribaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Daya tarik Tahura Ir H Djuanda, kawasan ini tidak hanya ada jalur tracking yang cukup mudah dilalui. Di atas tanahnya yang subur juga terdapat sekitar 2.500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species.
Bahkan pekan ada peristiwa langka. Diperkirakan anggrek akar (Thaenophylum), sejenis anggrek berukuran 5mm yang merupakan anggrek paling kecil di dunia, bunganya akan mekar.
Tidak heran, saat melakukan tracking di tempat ini tak ubahnya berjalan di bawah sejuknya kanopi alam. Sesekali masih kita masih bisa melihat burung-burung liar dan beberapa kelompok owa Jawa (Hylobates moloch) berkeliaran mencari makanan.
Bagi penggemar sejarah, di kawasan THR Ir H Djuanda terdapat Goa Belanda yang dibangun untuk mengalirkan air dari Sungai Cikapundung ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Dago Bengkok. PLTA Dago Bengkok sendiri merupakan PLTA pertama di Indonesia yang dibangun pada 1918.
Ada pula Goa Jepang yang di masa pendudukan Jepang difungsikan sebagai tempat pertahanan militer. Lorong-lorong Goa Jepang lebih kecil dibanding Goa Belanda.
Selain itu ada pula Museum THR Ir H Djuanda. Museum kecil ini menyimpan sejumlah artefak berupa pecahan ujung panah, tombak, serta alat-alat berupa bejana dipakai manusia purba yang diperkirakan pernah menghuni kawasan Dago Pakar.
Jika masih ada energi yang ingin disalurkan, tracking masih bisa dilanjutkan ke Curug Dago atau tembus ke Maribaya. Mereka yang baru pertama kali melakukan jelajah di tempat ini tentu dapat meminta petugas untuk mendampingi. Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. [rni] - See more at: http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=news&act=showdetail&id=2073#sthash.P2L2T0gB.dpuf
aduh mantap sae pisan kang posting postingana
ReplyDelete